Tak berjudul.

La Fleur
2 min readJul 8, 2021

Sudah bertemu tanggal ganjil favoritku kembali. Sshh, milik kita kali keenam. Dan aku kembali menjadi puisitor wakilkan pendaman hatiku duhai kamu yang buatku senyum, sedih, gila, waras, dan hidup. Aku tahu, aku tahu, aku tahu tulisanku tak akan pernah seindah syair rayuan Majnun terhadap Laila, tetapi berani bertaruh aku jumlah rasa kami sama jika memang cinta ada parameternya.

Serdadu kata tak mampu rangkai kasihku yang terus menerus menjuntai bagai gumpal benang kusut; tak kenal barat-timur, tak mengenal arah. Karena aku beri kamu bukan sebuah cinta lurus. Berlika-liku fisiknya meski asaku untukmu tak pernah sedikit saja berbelok.

Sempat ‘kutitipkan pada ilalang rintihan nada rindu, terseok-seok ia dibawa angin untuk sampai pada tanahmu. Sekarang biar aku bertanya, kamu terima madah-madahku itu ‘kan? Katakan ‘Ya’ atau mungkin pelipisku ini akan terbasahi sebab meletup-letupnya hasratku menolak jadi serbuk halus semata.

Serak suaraku melantangkan betapa ingin aku cium ujung jari-jari letihmu itu, agar kamu paham, agar kamu mengerti ada aku yang mencinta s’tiap lekuk milikmu. Selalu dikejar oleh rangkaian mimpi indah, meramu kisah kasih dengan kita sebagai pemeran utama.

Saban hari kuputus benang dan kuraih jarum ‘tuk rajut satu sampai seribu satu simpul penuh alasan, mengapa aku bisa jatuh ke dalam dekap hangatmu?, tapi nyatanya jua logisnya tak bisa kulaku. Lidahku mendadak kelu dan diikat tiap satu tanda tanya itu muncul. Semua, semua akanmu, mempesona bagiku. Baiklah, baiklah, kuceritakan.

Suatu ketika Aku disiksa kata cinta, dan kutahu kamu juga. Lalu sumpahku yang berkata tak ingin mencinta lagi ditertawakan Yang Di Atas Sana. Kamu merusak seluruh rencanaku dengan tanam bunga-bunga di perutku sehingga banyak kupu-kupu di sana. Hingga aku hanya dapat berserah, dosakah hamba mimpi berkasih dengan Tuan? Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi? Hanya dalam mimpi, ucapku. Lalu dijawabNya Ia izinkanku bersanding denganmu. Salah satu kenyataan termanis yang kucicip.

Sebab kala arungi ekspedisi rasa kita mustahil untuk selalu bahagia. Dan aku haturkan milyaran ‘maaf’ atas seluruh gilaku, burukku, yang telah menjadi guntur pada cuaca hatimu. Besar harapku mereka tak jadi alasan namaku dicoret dari lirik lagu roman picisan favoritmu.

Sebagai ganti, izinkan aku berkidung dengan suara sumbangku, akan betapa bahagianya aku selama ini bersamamu. Karena cintamu berikan aku gelora setiap kali aku pejamkan mata tepat sebelum tidurku.

Sayang, pada tanggal ini kita rayakan hari jadi separuh tahun kita, tetapi ingat, cintaku, untuk kamu, jelas lebih banyak dari separuh, bahkan tak pernah berparuh-paruh. Sampai menua, sampai kita renta.

--

--

La Fleur

komposer senandika laranya sendiri. di balik segarnya canda, berbunga; bermekaran lah luka. diintai arus rana.