Tentang Melepaskan

La Fleur
1 min readMar 26, 2024

Selepas kau pergi aku berselimut pada bayang-bayang memori yang pernah kita ukir di ujung ruangan ini. Sunyinya masih saja sama, hanya kini tak ada yang binar mata yang dapat kutatap sedalam-dalamnya lagi. Aku masih jadi pengecut yang tak mampu utarakan isi kepala, nyatanya, meski sudah ribuan bahkan jutaan kali kamu ingatkan ‘tuk berubah. Menurutmu, apa aku mampu temukan orang lain yang mampu pahami pikiranku tanpa aku perlu buka mulutku seperti kamu? Menurutmu, apakah semua rana ini akan segera berhenti? Atau apakah hanya aku yang akan selalu diam-diam meneteskan air mata?

Selepas kau pergi aku merutuki seluruh kata yang pernah keluar dari mulut busukku ini. Kata-kata yang mungkin berformasi jadi kalimat pedih bagi hati kecilmu. Sayangnya, aku belum cukup dewasa kala itu. Sayangnya, aku baru sadari salahku setelah kisah ini sudah usai. Sayangnya, aku tidak dapat buat apapun selain menyesal.

Selepas kau pergi aku menghindari tempat-tempat yang pernah kita kunjungi. Sialnya, kita kunjungi terlalu banyak titik di kota jahat ini. Lebih sialnya lagi, ketika orang lain membawaku ke tempat-tempat tersebut, aku harus berpura-pura tak pernah memiliki secuil memori pun di sana walau nyatanya tertumpuk ceria kita di tanah itu.

Selepas kau pergi aku mau tidak mau kembali jadi satu-satunya manusia yang peduli pada diriku. Tentu, terkadang teman-temanku ada di sana, mencoba menghiburku, dan lagi-lagi aku akan berkata aku baik-baik saja. Tapi, Sayang, apa menurutmu aku sungguh baik-baik saja?

--

--

La Fleur

komposer senandika laranya sendiri. di balik segarnya canda, berbunga; bermekaran lah luka. diintai arus rana.